Thursday, November 22, 2018

Hapusnya Apherteid di Afrika Selatan



Tentunya Kamu sering mendengar istilah "Apartheid" bukan. Yah masalah Apartheid telah nyata terjadi dibelahan dunia kita tepatnya di Afrika Selatan.  Apakah kamu mebgetahui makna apartheid? Apartheid adalah kata Afrikans yang berarti “perpisahan.” Ini adalah nama yang diberikan pada ideologi sosial ras tertentu yang dikembangkan di Afrika Selatan selama abad ke-20. Intinya, apartheid adalah tentang segregasi rasial. Ini menyebabkan diskriminasi politik dan ekonomi yang memisahkan Hitam (atau Bantu), Berwarna (ras campuran), India dan Afrika Selatan Putih.
Saat kita membahasa tentang Apartheid ada satu nama yang menjadi famous yaitu Nelson Mandela.  Seberapa pentingkah peranan dari Nelson Mandela?  Beberapa data menunjukkan bahwa berkat perjuangan Nelson Mandela dan Reformasi F. W. De Klerk, penindasan ras kulit hitam di Afrika Selatan berakhir dengan dihapuskannya kebijakan pembedaan warna kulit. Sangat jelas sekali bahwa adanya diskriminasi rasial menunjuk pada semua bentuk perbedaan manusia berdasarkan suku bangsa, turunan, dan warna kulit. Diskriminasi rasial sangat melanggar martabat dan hak asasi manusia. Negara yang paling jelas menerapkan diskriminasi rasial adalah Republik Afrika Selatan. Diskriminasi rasial di Afrika Selatan telaksana dalam bentuk pemisahan minoritas kulit putih dari mayoritas kulit berwarna, terutama kulit hitam (penduduk asli Afrika).                                      
 1.    Berlakunya Apartheid
    Bagaimanakah awal berlakunya Apartheid di Afrika Selatan?            
Diskriminasi rasial mulai dipraktekan sejak tahun 1910, ketika masyarakat turunan Eropa di Afrika Selatan ( Partai Afrikaner ) mendirikan Uni Afrika Selatan. Pada tahun 1948, Partai Nasionalis berkuasa di afrika Selatan. Pada tahun itulah, diskriminasi rasial diresmikan menjadi kebijakan negara dengan nama apartheid  (bahasa Afrikaans yang berarti pemisahan atau pembedaan).
Penerapan apherteid dilaksankan dengan pembangunan kediaman ( home land) bagi penduduk berkulit hitam. Kediaman itu dinamakan Bantustan, mengingat penduduk berkulit hitam di Selatan berasal dari suku bangsa Bantu. Tempat kediaman itu didirikan menurut kelompok ras atau asal kelahirannya. Menurut undang – undang registrasi penduduk yang berlaku, penduduk asli Afrika Selatan harus tinggal di kediaman yang sesuai dengan kelompok rasnya.
Pemerintah mendirikan Bantustan terpencar – pencar di wilayah yang kurang subur. Sementara itu, masyarakat kulit putih mendiami kawasan yang subur dan strategis. Cara seperti ini jelas akan menguntungkan minoritas kulit putih.

Gambaran pelaksanaan apartheid dalam kehidupan sosial di Afrika Selatan antara lain sebagai berikut.
      a.    Perkawinan antara kulit putih dan kulit hitam atau kulit berwarna dianggap sebagai pelanggaran hukum.
    b. Daerah perkotaan diatur sedemikian rupa agar kegiatan bisnis yang strategis dapat dikuasai oleh warga kulit putih. Sedapat mungkin warga kulit putih, terutama kulit hitam disingkirkan dari kota – kota
      c.  Jenis pekerjaan, alat angkutan, tempat hiburan, fasilitas layanan masyarakat, serta tempat ibadah dibedakan antara warga kulit putih dan untuk warga non kulit putih.
   d.  Warga non kulit putih dilarang melakukan ataupun terlibat dalam kegiatan politik apapun.

      2. Reaksi Menentang Apartheid

Bagaimanakah reaksi perlawanan dalam menentang poitik Apartheid? 
Politik Apartheid di Afrika Selatan mengundang reaksi perlawanan baik di dalam negeri maupun forum internasional. Perlawanan di dalam negeri terutama muncul dari warga kulit hitam sebagai mayoritas. Perlawanan itu dipelopori oleh ANC (African National Congress) dan UDF (United Democratic Front), ANC dipimpin oleh Nelson Mandela dan UDF dipimpin oleh Uskup Desmond Tutu.


Nelson Mandela
Uskup Desmond Tutu
Bagaimanakah bentuk reaksinya? 
Bentuk reaksi Perlawanannya antara lain dilakukan  di dalam negeri yaitu:


a.  Para pemimpin mengadakan serangkaian kampanye untuk mendapat dukungan warga dalam rangka mendesak pemerintah.
      b.  Antara tahun 1952 – 1953, ribuan warga terutama kulit hitam melancarkan aksi damai secara pasif untuk menentang hukum yang tidak adil
      c.   Pada tahun 1956, sekitar 3000 warga menetuskan Piagam Kebebasan Afrika Selatan (Freedom Charter of South Africa). Isinya tentang kesamaan hak dan martabat rakyat Afrika Selatan sekaligus menggambarkan Apartheid yang berlaku saat itu.
      d.  Pada tahun 1957, sekitar warga lebih memilih berjalan kaki bermil – mil ke tempat kerja di Johanesburg dan Pretoria dari pada membayar ongkos bis yang makin naik.
      d.  Memasuki tahun 1960 banyak terjadi aksi kekerasan terhadap tindakan semena-mena petugas keamanan. Kerusuhan tersebut terjadi di Sharpeville, Cape Town, dan Transkei.
      e. Pertengahan tahun 1976, para mahasiswa kulit hitam melancarkan demonstrasi untuk memprotes aturan persekolahan bernada rasial. Kerusuhan tersebut terjadi di Soweto, dekat Johanesburg.
      f.  Tahun 1984, warga kulit hitam melancarkan aksi protes terhadap kebijakan pembaruan parlemen, dan berkembang menjadi kerusuhan rasial massal sehingga pemerintah memberlakukan keadaan darurat perang pada Agustusb1985

Reaksi menentang juga terjadi dalam forum internasional antara lain dipelopori oleh PBB, beberapa anggota Persemakmuran, beberapa negara Afrika, dan anggota OKI. Akan tetapi,  tidak adanya kebersamaan sikap dalam menekan Afrika Selatan membuat negara itu tidak menanggapi seruan internasional. 

Reaksi menentang di Forum Internasional:
a.  Sejak tahun 1948, Majelis umum PBB telah mengutuk apatheid di Afrika Selatan. Lalu tahun 1960 Dewan Keamanan PBB mengambil sikap yang sama. Dua tahun kemudian, Majelis umum PBB menyerukan kepada anggota PBB untuk mengenakan sanksi ekonomidan memutuskan hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan.
b. Beberapa negara Asia, Arab, Afrika, dan Eropa Timur mematuhi resolusi PBB untuk memboikot Afrika Selatan. Bahkan negara Zambia, Botswana, dan Mozambique membantu para pejuang ANC dalam melakukan perjuangan bersenjata.
c. Tahun 1986, negara anggota Persemakmuran menekan Afrika Selatan, sebagai reaksi terhadap tindakan Pemerintah Afrika Selatan. Akan tetapi tindakan sanksi yang mau dikenakan tidak disetujui oleh Inggris.
d. Meskipun begitu, Inggris melalui menlunya Sir Geoffrey Howe medesak pemeintah Afrika Selatan untuk menghapuskan Apertheid. Desakan itu berlanjut dengan kecaman terhadap kegagalan Pemerintah mencabut keadaan darurat perang.
e. Tekanan berikutnya datang dari kampanye pembebasan Nelson Mandela. Tokoh ANC tersebut dipenjara tahun 1962.
3. Berakhirnya Apertheid
Bagaimanakah berakhirnya politik apartheid di Afrika Selatan? 
Tanda – tanda berakhirnya Apertheid di Afrika Selatan mulai tampak saat Frederick Willem de Klerk  menjadi Persiden. Saat pengambilan sumpah jabatan di Pretoria, ia menjajikan reformasi kebijakan rasial. Reformasi tersebut setahap demi setahap berkembang menjadi penghapusan Apertheid. 

 W. De Klerk
Bagaimanakah kronologi berakhirnya aprtheid? 
Kronologi berakhirnya Apertheid sebagai berikut.
a.       Pada tanggal 6 September 1989, pemerintah mengesahkan partai – partai baru yang didirikan oleh kalangan demonstan anti-apertheid.
b.       Pada bulan Februari 1990, Pemerintah telah menghapus undang-undang yang melarang ANC dan organisasi politik lainnya. Kemudian, Pemerintah membebaskan tokoh karismatik ANC, Nelson Mandela
c.       Pada bulan Mei 1990, untuk pertama kalinya Pemerintahkan melangsungkan perundingan resmi dngan ANC, dan menghasilkan kesepakatan dibentuknya undang – undang non rasial.
d.       Pada bulan Juli 1990, Pemerintah menghapus keadaan darurat perang, undang – undang pemisahan penggunaan fasilitas umum.
e.       Pada bulan Agustus 1990, setelah sekian lama mengambil sikap militan, ANC setuju menghentikan perjuangan.
f.        21 Februari 1991, pemerintah menghapus tiga undang –undang landasan utama Apertheid, yaitu :
1).   Land Acts, undang – undang yang melarang warga kulit hitam memliki tanah diluar kediaman yang telah ditentukan.
2).   Group Areas Act, undang – undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal warga kulit putih dn kulit hitam.
3).   Population Registration Act,undang – undang yang mewajibkan warga kulit hitam untuk mendaftarka diri menurut kelompok suku masing – masing.

Penghapusan  ketiga undang – undang  itu membuka jalan bagi dihapuskannya sama sekali apertheid dari kehidupan sosial Afrika Selatan.
Di tengah sambutan yang mengembirakan, tindakan F. W. De Klerk itu masih mengundang reaksi negatif baik dari kalangan kulit putih maupun kulit hitam. Mereka menganggap Pemerintah bertindak seperti itu untuk menarik simpati forum internasional demi dicabutnya sanksi ekonomi dan politik terhadap Afrika Selatan.
Selain reaksi negatif, muncul masalah lain berupa persaingan etnis. Persaingan etnis terutama terjadi antara suku Xhosa dan suku Zulu, sebagai dua suku mayoritas. Persaingan etnis ini pula yang menimbulkan kecenderungan mendirikan partai – partai berdasarkan kesamaan etnis.
Di tengah persaingan etnis, Nelson Mandela tampil menggalang persatuan rakyat Afrika Selatan. Dengan sikap moderatnya, ia mengajak semua pihak, terutama partai – partai untuk membangun Afrika Selatan. Berkat karisma kepemimpinannya, warga kulit putih dan kulit hitam mau bekerja sama menciptaka kemakmuran Afrika Selatan.
Betapa kerja keras de Klerk dan Mandela berupaya membangun Afrika Selatan baru yang selama lebih dari 80 tahun dibelenggu apertheid. Itulah sebabnya pada tahun 1993, kedua tokoh penghapus apertheid itu menerima Nobel Perdamaian.
Pada bulan Mei 1994, berlangsung pemilihan umum di Afrika Selatan. Untuk pertama kalinya, warga kulit hitam memberikan suaranya. Lalu, pada tanggal 9 Mei 1994 Nelson Mandela dipilih oleh Majelis Nasional ( parlemen ) sebagai presiden Afrika Selatan. 
Demikianlah materi tentang Hapusnya politik Apartheid di Afrika Selatan, tentunya kamu semakin jelas bukan. Nah bagaimanakah menurut kamu jika diskiriminasi ras ini terjadi di lingkungan sekitarmu? 
Agar kamu semakin jelas tentang materi ini silahkan buka link pembelajaran berikut. 

Berikut Mind Map untuk materi ini. 

No comments:

Post a Comment